“Halo halo
Bandung
Ibu Kota Periangan
Halo halo Bandung
Kota kenang-kenangan
Sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau
Sekarang sudah menjadi lautan api
Mari bung, rebut kembali”
Bandung,
kota yang terkenal dengan sebutan Kota Kembang ini bagi saya memang nampak
seperti 'kembang' yang sesungguhnya. Entah mengapa, sensasi yang saya rasakan
ketika berada di kota ini sama persis ketika saya membayangkan berada di padang
bunga yang indah. Sejuk, tentram, dan damai, tiga kata yang pantas
menggambarkannya.
Saya
menyukai kota ini sejak saya masih berusia 7 tahun. Hal utama yang membuat saya
menyukai Kota Bandung adalah udaranya yang sejuk, jauh berbeda dengan kota yang
saat ini saya tinggali. Suasananya pun sangat mendukung, rasa nyaman selalu
meresap di dalam diri saya tiap kali saya berada di Bandung.
Ditambah
lagi dengan latar belakang keluarga saya yang memang memiliki darah Sunda
pastinya menambah kecintaan saya terhadap kota ini. Sepertinya sudah menjadi
hakikat manusia ketika ia merasa nyaman berada di suatu tempat yang mayoritas
adalah kelompoknya. Mungkin itulah yang membuat saya merasa lebih nyaman berada
di Bandung, berkumpul dengan orang yang sebagian besar memiliki latar belakang
etnis yang sama dengan saya.
Romantis,
itu yang ada di benak saya jika diminta untuk menggambarkan suasana Bandung
dalam satu kata. Entahlah, saya sendiri tidak tahu mengapa kesan romantis yang
muncul ketika membayangkan Kota Bandung.
Sisi
romantis Kota Bandung dapat dirasakan ketika kita meyusuri sepanjang jalan kota
ini pada waktu senja. Terutama di sekitaran jalan Asia-Afrika. Lampu-lampu
jalan dengan ornamen yang berkesan antik memancarkan cahaya temaram yang
memberikan efek lembut dan tenang di sepanjang jalan.
Efek
yang disuguhkan lampu-lampu tersebut menjadi penyeimbang kesan yang diberikan
oleh gedung-gedung tua yang masih gagah dan kokoh berdiri. Muda mudi yang
berjalan berdampingan disekitarnya pun seakan turut merasaka romantisme yang
disuguhkan oleh Kota Kembang ini.
Tak
heran jika sebagian besar novel remaja yang memiliki latar kejadian di Bandung
selalu memiliki alu cerita yang sangat romantis. Misalnya saja dalam novel 'Dilan' karya Pidibaiq,
novel ini bagi saya sukses menggambarkan
kisah romantis antara Dilan dan Milea. Bukan hanya ceritanya, tapi latar
suasana kota Bandung yang digambarkan sang novelis pun memiliki andil terhadap
ini.
Jika
anda berpikir hal tersebut merupakan hasil dari keahlian sang novelis, saya
rasa tidak. Karena memang seperti itu adanya, suasana Bandung yang digambarkan
sesuai dengan apa yang dapat dilhat dan dirasakan.
Banyak
teman-teman saya yang mengatakan bahwa Bandung merupakan salah satu kota dengan
gaya hidup yang cenderung konsumtif, terutama di kalangan remaja dan mahasiswa.
Dan sering juga
disangkut pautkan dengan budaya hedonisme di kalangan remajanya.
Pandangan seperti ini bisa jadi timbul
karena julukan yang disandang oleh kota Bandung itu sendiri, Paris Van Java.
Seperti halnya kota Paris yang dianggap sebagai pusat mode dunia, Bandung pun
demikian, dianggap sebagai pusat modenya pulau Jawa.
Selain mode, Bandung juga dapat
dikatakan sebagai salah satu kota yang menjadi surganya para pecinta kuliner. Makanan
ringan, makanan berat, jajanan, dan berbagai makanan lainnya banyak diproduksi
di kota ini. Mulai dari makanan tradisional hingga makanan modern dan kekinian
pun tersedia.
Jika kita berjalan-jalan di Bandung,
maka di sepanjang jalan, mata kita akan dimanjakan oleh deretan toko dengan
ornamen yang unik. Distro dan kafe terlihat paling mendominasi diantara deretan
toko-toko di sepanjang jalan kota Bandung. Gambaran tersebut yang mungkin saja
secara langsung maupun tidak langsung membangun mind set orang lain terhdap
gaya hidup masyarakat Bandung, khususnya remaja dan mahasiswa.
Tetapi, jika kita lihat dari sisi yang
lainnya, para pemuda dan pemudi di Kota Bandung menurut saya merupakan contoh
remaja-remaja yang produktif. Hal tersebut dapat kita lihat dari banyaknya
usaha-usaha di kota Bandung yang sebagian besar didirikan oleh mahasiswa,
pelajar, dan remaja lainnya.
Banyak brand-brand distro, butik, onlineshop, home industry, kafe,
restoran, dan sebagainya yang memang pemiliknya adalah anak muda. Kita ambil
contohnya sekarang adalah onlineshop.
Saya sebagai salah satu penggemar onlineshop seringkali menemukan
onlinshop yang memang sudah memiliki omset yang besar dan produk yang bagus berasal
dari kota Bandung. Selain itu, onlineshop
tersebut sebagian besar pemiliknya adalah pelajar dan mahasiswa.
Dengan situasi demikian, iklim yang
terbangun pun seolah memotivasi anak muda yang berada di kota Bandung untuk
berlomba-lomba menjadi lebih produktif dan kreatif dibandingkan yang lain. Dan
tentunya, bisa menikmasti masa muda mereka dengan menggunakan penghasilan diri
sendiri.
Jadi menurut saya wajar saja jika gaya
hidup anak muda di Bandung cenderung terlihat konsumtif dan hedonis. Selama
gaya hidup tersebut diimbangi dengan produktfitas yang tinggi dan tentunya
merupakan hasil dari jerih payah diri sendiri.
Itulah segelintir hal menarik yang disuguhkan oleh kota
Bandung. Tempat dimana saya menghabiskan tahun terakhir saya di sekolah menegah
pertama. Yang meskipun sekarang keadaannya sudah jauh berbeda dengan Bandung
yang dulu, tapi keindahannya masih tetap bertahan sampai saat ini.
Masih banyak lagi tempat-tempat yang
memamerkan keindahan di kota Bandung. Bukit bintang, bukit moko, tebing kraton,
dan kawan-kawannya meupakan tempat-tempat yang wajib dikunjungi ketika anda singgah
di Kota Kembang ini.
Jika selama ini anda terkesima dengan
keindahan kota-kota yang berada di luar negeri, cobalah lihat kembali negeri
kita sendiri. Di pulau yang memiliki penduduk terpadat di Indonesia ini, kita
juga memiliki kota yang tak kalah indahnya, yaitu Bandung. (Gabriella)
Komentar
Posting Komentar