Surat ini aku tulis mewakili harapan seorang gadis. Gadis yang begitu aku kenali. Gadis yang aku hapal betul bagaimana caranya tersenyum dan menangis. Dia yang tak pernah bisa meminta angin untuk meniupkan rindunya kepada tuannya.
Teruntuk sosok yang menurutku berada di dimensi lain dari kehidupan gadis itu. Yang semenjak 1 tahun terakhir ini ia coba cicipi, tapi tetap saja, gadis itu tidak bisa menerobos masuk ke ruang ruang dimensi mu tuan. Ia hanya 'meniru', tetap dengan caranya sendiri.
Hey, apakah kau sadar tuan? Gadis itu selalu merasa bahwa kalian tidak pernah bisa berada di posisi yang sejajar, dimana kau berada di sisi kirinya dan dia berada di sisi kananmu. Bahkan sejak 4 tahun lalu, saat sang mentari memperhatikan sosok mu. Ya, sosok yang berdiri lunglai di bawah tiang yang di puncaknya berkibar darah dan tulang bangsa ini. Bersebrangan dan berhadapan, itulah posisi kalian. Ibarat gedung yang menyerupai daun dan gedung yang bukan hitam tetapi juga bukan putih itu. Tempat yang tidak asing bagi kalian berdua.
Tapi kau tak perlu khawatir, ini tak serumit mereka yang harus merayu Tuhan demi bisa berdampingan. Ini hanyalah kisah antara gadis dengan tuannya, 2 pengagum yang berbeda. Dia yang masih setia mengagumi sang surya, dan kau yang terus mengagungkan purnama. Wajar saja jika tak pernah bersanding, toh kedua anak manusia ini tidak pernah mengorbankan salah satunya. Bukan, lagi-lagi ini bukan perkara benda tuan, melainkan makna tersembunyi dari objek yang masing masing kalian kagumi.
Apakah kau tahu? Gadis itu ingin sekali mengenal garis finish. Tapi, bagaimana bisa mengenalnya jika tubuhnya pun belum pernah bersitatap dengan garis start? Karena kau tak pernah mengizinkannya. Seolah tak ingin hal tersebut menjadi 'nyata', bukan hanya 'ada'. Mungkin karena kau masih belum lelah menipu hasrat yang ada pada dirimu sendiri yang pada dasarnya merupakan cerminan dari harapan gadis itu.
Tuan, aku tak bisa menulis seperti apa kisah kalian akan berakhir. Karena aku bukanlah penulis skenario yang menjelma Tuhan. Aku hanya menumpahkan apa yang bergejolak dalam dada gadis itu. Gadis yang tak pernah membunuh kerinduannya pada garis finishnya. Dengan diam diam berharap bahwa tuannya akan senang hati mengizinkannya, bahkan menunggunya dibalik garis itu.
Komentar
Posting Komentar