Langsung ke konten utama

Jadi wartawan kampus itu menyenangkan ^^

Yoww , selamat berminggu siang sahabat maya :)
Siang-siang begini, gogoleran di atas kasur sambil di temenin sama gadget , what a quality time , right ?!
*lagi browsing* tbtb liat laman berita. Inget berita , pasti keingetan sama wartawan, pers, jurnalistik, media , yaa pokoknya semua yg berhubungan sama jurusan komunikasi lah yaa, hehe.
Sebagai mahasiswi jurusan ilmu komunikasi, aku merupakan satu dari sekian mahasiswi yang memiliki ketertarikan dalam bidang jurnalistik, terutama jurnalistik media cetak. Teman"ku banyak yg bilang "yakin mau jadi jurnalis? Yakin mau jafi wartawan? Yakin mau capek + panas"an? Lu kan cewek, nanti pnampilannya jadi kucel loh".
Hallloo, jadi wartawan gak harus kucel dan gak pasti jadi kucel kok. Kalau orang lain banyak yg mikir kayak gitu, justru ini saatnya biat nunjukin kalo cewek yang setipe sama aku (suka dandan, penampilan feminim, gak tomboy, dll) juga bisa kok nyemplung di dunia jurnalis.
Aku sekarang menjadi wartawan di salah satu Lembaga Pers Mahasiswa yang ada di kampusku, Orange namanya. Yaa walaupun ruang lingkupnya masih cenderung kecil,tapi lumayan lah kalau dijadiin sarana latihan buat jadi wartawan beneran , hehe.
Selama mengemban tugas menjadi seorang wartawan kampus, i feel that i have something different from other students. Karena aku ngerasa kalau aku bukan cuma sekedar jadi mahasiswa yang kerjaannya cuma belajaaarr aja , tapi aku jga berperan sebagai pemberi informasi, penyampai aspirasi, pengontrol kebijakan bagi teman" mahasiswa ku yg lainnya. I think it's very usefull ! Bukankah sebaik"nya manusi adalah yg bermanfaat bagi orang lain kan ? Yak, ini lah salah satu perwujudannya, inshaa Allah , hehe.

Jadi wartawan kampus itu gampang" susah. KIta kudu sabar, harus mau panas"an , harus bisa beradaptasi dengan lingkungan yg bagaimanapun, harus mau nunggu narasumber walaupun harus berjam-jam, di kejar deadline terus"an pula. Capek? Kayaknya gaperlu ditanya ya , udah pasti iya ! Digaji ? Wuiihh jelaaass , gak sama sekali,huhu.
Tapi walaupun gak dapet imbalan sepeser pun, ada yg lebih berharga dari itu. SEring denger kan banyak orang yg bilang, kalau ngedaki gunung itu capek, tapi kalau idah sampe puncaknya, semua rasa capeknya terbayar sudah.
Nah , jadi wartawan kampus pun begitu, proses pencarian, pengolahan, pembuatan beritanya itu capek luar biasa. Tapi setelah kita melihat tulisan kita dimuat dan di terbitkan, ditambah lagi banyak teman" mahasiswa yg baca. Rasanya semua rasa capek rontok seketika ! :D Bahkan momen itu tuh kayak semacem suntikan narkoba yg di suntikkin ke tubuh kita, yaps, bikin kecanduan. Kecanduan buat nyari berita lagi, nulis berira lagi, dan yang paling penting merasakan momen akhir yg luar biasa tadi.

Well, buat kamu girls , yg minat di dunia jurnalistik dan mau jadi wartawan , jgn takut kepanasan, kucel, gabisa tampil cantik,dll dsb dst deh, hehe. Karena jadi wartawan itu bukan untuk merubah seseorang, tetap jadi dirimu sendiri !

Oh iya, satu lagi. Gabung di dalam Lembaga Pers Mahasiswa itu hal yang recommended bgt buat kalian yg tertarik buat jadi wartawan dan jurnalis ;D Karena , jadi wartawan kampus itu MENYENANGKAN \(^•^)/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AYO, KENALI FISIP-MU !

Brotherhood !!! Bagi sebagian besar mahasiswa Untirta pasti tidak asing lagi dengan kata tersebut. Kata ‘brotherhood’ merupakan jargon atau kata kunci dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Untirta. Fakultas yang baru berusia 12 tahun ini merupakan fakultas termuda di Untirta. Fakultas orange ini didirikan pada tahun ajaran 2002/2003 yang diresmikan dengan surat keputusan nomor   124/0/2004 sesuai dengan SOTK. Sebelum dijuluki sebagai ‘Fakultas Orange’, FISIP Untirta dikenal sebagai fakultas yang identik dengan warna biru yang menyerupai warna biru telur asin, yang lebih cenderung berwarna abu-abu. Mengapa demikian? Karena FISIP Untirta merupakan fakultas yang bernuansa politik dan warna abu-abu dianggap sebagai simbolisasi dari politik, maka tercetuslah warna tersebut sebagai identitas dari FISIP Untirta. Namun penetapan warna tersebut sebagai identitas dari fakultas termuda di Untirta ini tidak bertahan lama, hingga akhirnya diputuskan agar diganti dengan war...

Mengkroscek Sejarah Dari Kuncen Banten Girang

Setiap tempat dan daerah pasti memiliki sejarahnya masing-masing. Latar belakang, asal muasal, kultur masyarakat terdahulu merupakan hal-hal yang amat menarik untuk diulik dan dipelajari. Tetapi nyatanya, tidak semua sejarah yang kita baca di buku-buku pelajaran sekolah ataupun literatur lainnya merupakan fakta yang sebenarnya terjadi. Termasuk di tanah Jawara ini, khususnya di daerah Banten Girang. Memiliki sejarah panjang yang sedikit orang lain ketahui. Bahkan ada beberapa yang salah menafsirkan sejarah yang ada. Saya merasa beruntung sekali bertemu sosok seperti Abah Hasan. Beliau merupakan kuncen dari situs wisata Banten Girang. Sama seperti kuncen situs-situs wisata sejarah lainnya, Abah Hasan mendedikasikan hidupnya untuk menjaga situs Banten Girang tersebut. Abah Hasan mulai menjadi kuncen situs Banten Girang sejak ia masih berusia 12 tahun. Lelaki yang memiliki nama asli Abdu Hasan ini meneruskan profesi turun temurun dari kakek dan neneknya sebagai kuncen Banten Gi...

Dendy R Hardiansyah : “Menulis Dengan Emosi”

Jika berbicara tentang puisi, mungkin aku adalah salah satu orang yang akan sangat antusisa dengan hal tersebut. Walaupun aku sendiri bukanlah orang yang mahir membuat puisi, tetapi aku adalah salah satu dari sekian banyak penikmat puisi yang ada di muka bumi. Entah mengapa setiap rangkaian kata yang terkandung dalam setiap puisi selalu berhasil membuatku tehanyut dalam emosi yang ada di dalamnya. Bukan hanya terhanyut, tetapi pastinya penasaran dengan penulisnya, dan bagaimana ia bisa merangkai kata sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah frasa-frasa yang sangat indah. Beruntung sekali rasanya aku bisa berbincang-bincang dengan salah satu penulis buku antologi, walaupun hanya melalui smartphone. Buku antologi adalah buku yang berisi tentang kumpulan-kumpulan puisi. Buku yang aku maksud disini adalah buku yang berjudul “Senja Pukul Lima”, hasil karya Dendy Rizal Hardiansyah. Sering dipanggil dengan sebutan ‘Mas Dendy’, pria kelahiran Trenggalek ini mengaku mulai menyukai seni ...